Soe Hok Gie Pemuda Merdeka.

        Soe Hok Gie sangat dikenal dan digemari dikalangan mahasiswa, terutama aktivis dan MAPALA. Walaupun So Hok Gie dikenal sebagai sosok pemuda yang berintelektual tinggi serta memiliki pendirian yang kuat, nyatanya banyak yang belum banyak yang mengenalnya. Soe Hok Gie juga merupakanseorang penulis aktif dan rajin menulis tentang kesehariannya. Beberapa buku hasil tangan Gie seperti; Catatan Seorang Demonstran, Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan, Jaman Peralihan, dan juga Dibawah Lentera Merah yang merupakan skripsi serjana mudanya. Buku ini seperti menjadi pedoman untuk mahasiswa kritis dan independen.
        Sejak umur 15 tahun, Soe Hok Gie sangat kritis dalam berbagai hal, termasuk pada saat gurunya tidak bisa membedakan antara penulis dan penerjemah. Gie menumpahkan kekesalannya dengan berkata “Guru yang tak tahan kritik boleh masuk keranjang sampah. Guru bukan dewa yang selalu benar, dan murid bukan kerbau.” 
        Soe Hok Gie memandang politik itu kotor. Namun demi menjatuhkan Rezim Soekarno, Soe Hok Gie terpaksa masuk kedunia politik. Tidak hanya pemerintahan ia kritik, pimpinan mahasiswa pun dikiritik olehnya. Gie berpendapat bahwa aksi mahasiswa harus dilakukan secara murni karena moral dan hati nurani, bukan karena politik dan jabatan. Gie juga mengkritik komunisme dengan membandingkan ekonomi politik Marxisme. Menurut gie keputusan soekarno pada saat itu sangat mengecewakan saat soekarno tidak membubarkan PKI, tentu saja itu karena kepentingan politik. Soekarno menaikkan harga agar pembubaran PKI tidak didesak lalu rakyat hanya memikirkan tentang perutnya. 
        Pada era soekarno Gie berpendapat, bahawa radio-radio hanya menyairkan kepalsuan, sedangkan kebenaran dibungkam habis-habisan. Gerakan dalam upaya melawan, tebentuk dalam organisasi aksi KAMI yang diresmikan tanggal 25 oktober tahun 1965 melalui pergolakan antara dua kubu gerakan mahasiswa : sayap kanan vs sayap kiri. Namun diorganisasi ini Soe Hok Gie tidak menjadi pemeran utama, hanya menjadi seorang demonstran yang ikut aksi. Dan dalam upaya melawan, Soe Hok Gie tidak hanya turun aksi tapi juga menuliskan artikel-artikel yang menusuk dan menyadarkan pembacanya atas situasi yang terjadi. Soe Hok Gie sangat kritis dalam tulisannya, sehingga beberapa tulisannya sengaja tidak dimuat agar tidak membuat kekacauan. 
Z (276×183)
    Kepribadian Soe Hok Gie yang berani dan merdeka dengan pendiriannya juga dibuktikan saat Presiden Soekarno memintanya menjadi kepala museum monymen nasional, ia lebih memilih mengambil jalan sunyi dan diasingkan. Patut saja jika mahasiswa diera sekarang mengilhami Soe Hok Gie, sosok yang berani berbicara lantang perihal ketidak adilan dan kesenjangan, serta sosok yang suaranya ditakuti oleh para penganut politik kotor. 










ditulis oleh:
Yunda Iche Wulandari
disunting oleh:
Kanda Attaka Daru Quthnie
dipublikasikan oleh:
Sekretaris Umum HMI KIP UMM

Komentar