Masih Pantaskan Hidup Jika Tidak Punya Moral?

 

Foto: Eka Wijayanti

Pendahuluan

        Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan[1]. Begitulah ungkapan KBBI perihal pendidikan. Perlu digaris bawahi bahwa pendidikan konsepnya mengubah sikap dan tata laku untuk tahap pendewasaan. Namun, banyak yang menyalah artikan hal tersebut. Bagi mereka yang berpendidikan tinggi mengartikan bahwa semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi pula jabatan sosialnya. Padahal dikatakan tinggi jabatan tidak dapat diukur dari seberapa tinggi seseorang berpendidikan, namun seberapa tingginya sikap seseorang dalam bermoral.
        Moral itu sendiri adalah kondisi pikiran, perasaan, ucapan dan perilaku manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk. Moral merupakan ajaran tentang kaidah berakhlaq dan beretika[2]. Perlu digaris bawahi kembali bahwa moral merupakan ajaran. Hal tersebut menjadi relevan jika dihubungkan dengan pendidkan, karena pendidikan dan moral sama-sama mengajarkan tentang pengubahan sikap dan etika.
        Sesorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Namun perkembangan globalisasi yang tidak seimbang ini merupakan faktor utama yang mengakibatkan degradasi moral remaja. Dalam aspek moral bertutur kata masih dianggap kurang dalam hal sopan santun dan beretika.
Kemrosotan bermoral berawal dari beberapa faktor, diantaranya orang tua, masyarakat dan lingkungan sekolah. Beberapa faktor tersebut terjadi karena bagaimana orang tersebut terdidik, dan lagi-lagi akan kembali ke diri sendiri. Bermoralpun perlu adanya pendidikan. Pendidikan dan moral merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan. Di dalam moral pasti ada pendidikan. Semisal, mata uang memiliki dua sisi yang apabila salah satu sisinya tidak terlihat atau rusak, maka nilai jual tersebut tidak sah atau tidak laku. Sama halnya dengan pendidikan dan moral, jika salah satu tidak sejalan maka akan rusaklah bangsa ini.
        Indonesia saat ini digandrungi oleh orang-orang yang menganggap dirinya besar dan benar. Moral yang dulunya steril dan sekarang terkontaminasi dengan adanya perubahan sikap yang buruk. Banyak orang yang berpendidikan tinggi namun kependidikan tidak sesuai dengan moral. Seperti halnya beberapa contoh kasus yang merupakan krisis moral seorang pendidikan yaitu berita tentang penurunan moral oleh seorang mahasiswa yang melakukan perbuatan mesum di dalam masjid[3]. Hal ini menunjukkan tingkat moral dalam berpendidikan sangat minim sekali. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pendidikan moral yang baik bagi generasi muda agar terjauh dari kata seks bebas, apalagi dilakukan di dalam masjid.
        Tidak hanya berita tersebut, berita serupa tentang penurunan moral pun terjadi di kalangan masyarakat. Kasus pembunuhan[4] terjadi di Indonesia merupakan suatu hal yang dikatakan penurunan moral. Bagaimana tidak, jika pelaku tersebut merupakan warga bangsa Indonesia. Maraknya kasus pembunuhan tersebut merupakan sistem otak pelaku yang bertolak belakang dengan moral. Padahal setiap orang memiliki hak untuk hidup, namun justru orang-orang yang berada ditengah masyarakat menyelewengkan hak hidup tesebut. Bukan berarti hak untuk hidup itu harus membunuh orang untuk menghidupkan si pemburu kehidupan. Namun bagaimana saling hidup berdampingan agar bisa sama-sama hidup.
        Berita serupa tentang penurunan moral pun terjadi di lingkungan sekolah. Seperti halnya berita tentang kekerasan terhadap guru[5], bukankah guru itu diguguh dan ditiru namun bukan hanya ditiru saja melainkan juga dilawan. Sekarang banyak guru yang tidak memiliki hak perlindungan sebagai pendidik. Akibatnya, banyak guru yang berurusan dengan hukum hanya karna menertibkan muridnya. Padahal guru memiliki alasan untuk memberikan sanksi terhadap peserta didiknya.
Banyak kalangan orang tua dan pendidik yang merasakan perilaku anak saat ini menyimpang dari nilai-nilai agama dan sosial. Perilaku anak melawan, tidak menghargai dan menghormati orang tua bahkan guru, sering terlibat tawuran, bahkan menjadi pemakai narkoba pun dicomot oleh anak saat ini dan semua hal tersebut merupakan keeprihatinan moral. Fakta tersebut menjadi fenomena dan banyak pula orang tua serta pendidik semakin tertekan.

Pembahasan
        Perlu diketahui bahwa banyak Faktor-faktor yang menjadikan bangsa ini kurang bermoral. Oknum-oknum yang tidak bermoral hanya perlu sentilan agar mendapatkan hidayah. Beberapa rekomendasi tentang solusi menjaga kestabilan bermoral pun perlu adanya penggalia lebih dalam. Berikut merupakan faktor dan juga solusi dari berbagai kalangan yang dapat dirangkum.

Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Moral

        Mirisnya moral saat ini telah berada pada kondisi yang sangat memprihatikan. Hal tersebut terjadi pada semua khalayak mulai dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa pun mulai merosot akan disiplin moral. Adanya kenakala remaja; pergaulan bebas, tawuran dan beberapa perilaku menyimpang yang merusak moral bangsa. Para pemegang fungsionaris tidak mempunyai rasa malu meminta bahkan mengambil hak orang. Bahkan media menontonkan masyarakat dengan tontonan yang merusak akhlak. Kemajuan teknologi pun aset tercepat untuk menyebarkan virus di masyarakat. Berikut merupakan faktor-faktor penyebab terjadinya kerusakan moral.
        Kemajuan teknologi, globalisasi teknologi memiliki dampak positif dan negatif. Perkembangan teknologi atau yang biasa disebut internet memberikan manfaat untuk memberikan informasi keapada orang jauh. Namun, terkadang dampaknya sangat berbahaya jika tidak digunakan dengan benar. Misalnya menonton vide porno dan juga melihat aksi tawuran. Hal tersebut memudahkan untuk melatih fungsi otak menjadi rusak, sehingga menjadi awal dari kerusakan moral.
        Memudarnya kualitas keimanan. Manusia memiliki dinamika dalam kehidupan, terkadang naik dan juga turun. Sama halnya dengan keimanan, ketika tingkat keimanan turun maka peluang berbuat salah sangat besar. Hal tersebut sangat berbahaya jika dibiarkan membuat kesalahan bagi moral. Salah satu contoh kecil yang ada di Indonesia adalah adanya koruptor. Jika saja fungsionaris negeri ini memiliki landasan agama yang kuat, maka apa berani mereka memunguti uang rakyat ?
        Pengaruh lingkungan. Lingkungan merupakan tempat sesorang bersosialisasi dan beradaptasi. Kondisi lingkungan rumah dan pengaruh kurang baik dapat mendorong seseorang berbuat kesalahan. Selain itu pengaruh pergaulan dan budaya barat berpotensi besar untuk mempengaruhi independen seseorang. Lingkungan pun merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam kemrosotan moral. Namun, bergantung pada keimanan juga, apabila landasan agama kuat, maka akan menjadi baik.
        Hilangnya kejujuran. Kejujuran merupakan suatu hal yang penting ditanamkan dalam bermoral. Peristiwa korupsi di Indonesia berasal dari ketidakjujuran. Sehingga peristiwa tersebut menjadi bukti jika penduduk Indonesia mengalami hilangnya kejujuran. Hal tersebut merupakan faktor penyebab kerusakan moral.
        Hilangnya Rasa Tanggung Jawab. Taggung jawab merupakan suatu bentuk penting yang ditanamkan sejak kecil. Hilangnya rasa tanggung jawab mencerminkan sifat kerusakan moral. Sebagai contoh, kasus di Indonesia tentang pembangunan yang terbengkalai, jalan-jalan yang masih rusak. Berita-berita tersebut merupakan salah satu contoh bahwa telah terjadi penurunan moral tanggung jawab di masyarakat.
        Tidak Berpikir Jauh ke Depan. Faktor berikutnya adalah kurangnya berpikir dalam melakukan suatu tindakan. Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki dampak. Maka dari itu tidak berpikir jauh ke depan merupakan salah satu terbentuknya krisi moral. Sebagai contoh kasus sejoli yang melakukan mesum di dalam masjid[6]. Pelaku-pelaku tersebut tidak berpikir secara jauh, mereka tidak memikirkan jika ada anak kecil yang melihat, dan pelaku tersebut tidak berpikir bahwa tempat suci menjadi terkontaminasi karena kegiatan mereka tersebut. Apalagi jika mereka harus mempertanggung jawabkan kegiatan mereka di akhirat.
        Rendahnya Disiplin. Sesuatu yang tidak disiplin maka akan ada penyimpangan moral. Disiplin merupakan tata tertib atau kepatuhan [7], sehingga hal apapun yang tidak disiplin maka kemrosotan moral pun merupakan akibat dari ketidakdisiplinan tersebut. Sebagai contoh, dalam mengadakan suatu pertemuan akan ada waktu dalam bertemu, ketika waktu ditentukan akan ada yang mengaretkan waktu tersebut. Hal tersebut merupakan korupsi waktu yang mencerminkan karakter bangsa yang mengabaikan budaya disiplin.
        Krisis Kepedulian. Perlu diketahui bahwa pelecahan terhadap perempuan semakin marak di dunia millennial ini. Banyak kasus-kasus yang melaporkan tentang pembunuhan, pencopetan, pemerkosaan bahkan pelecehan. Hal tersebut menunjukan tingakat kepedulian bangsa ini terhadap sesame makhluk menipis. Jika kita melihat gambar bangsa saat ini, maka jelas terlihat masalah moral sesungguhnya merupakan hal yang tidak kalah penting dibanding masalah ekonomi. Namun, masalah moral saat ini termarginalkan karena rencana dan agenda fungsionaris bangsa.

Solusi Mengatasi Kerusakan Moral 
        Bangsa Indonesia dulu dikenal sebagai bangsa yang bermoral, berbudi pekerti, santun dan beragama. Namun, saat ini citra bermoralnya tidak bisa dipertahankan. Padahal perlu diketahui bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang didukung oleh generasi cerdas, bijak dan bermoral. Namun, tingkat kemrosotan moral sangat mengkhawatirkan. Persoalan ini menimpa berbagai kalangan, jabatan dan profesi serta para kalangan pelajar yang diharapkan dapat melanjutkan perjuangan bangsa. Telah banyak usaha yang dilakukan untuk menstabilkan kemrosotan moral ini, namun hasilnya masih nihil. Perlu adanya apresiasi untuk turut andil membenahi tatanan moral bangsa ini. Moralotas yang ada justru sangat jauh dari nilai-nilai normative yang selama ini dijungjung tinggi.
        Untuk mengatasi berbagai kerusakan moral yang terjadi di masyarakat maka solusi yang untuk menanggapi masalah tersebut adalah sebagai berikut:
  • Menghindari salah pergaulan. Peran orang tua dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini.
  • Memperluas wawasan dan pengetahuan untuk menyaring pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan menyindir.
  • Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal sholeh. Mampu memanfaatkan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebaik-baiknya.
Penutup
        Dari berbagai faktor-faktor yang mengakibatkan penurunan moral, solusi pun dapat dijadikan pedoman atau acuan untuk menstabilkan moral anak bangsa ini. Namun, jika diperhatikan lebih dalam, semunya tergantung pada independen orang masing-masing. Setiap orang memiliki kemerdekaan masing-masing yang kemerdekaan tersebut dibatasi oleh kemerdekaan orang lain. Kita hanya perlu mengingatkan tentang pentingnya bermoral saat ini. Karna perlu diketahui bangsa yang maju adalah bangsa yang didukung oleh generasi cerdas, bijak dan bermoral


Referensi
[1] KBBI V1.1 Kamus Besar Bahasa Indonesia
[2] ibid
[3] Rizky Ramadhan dan Kanugrahan. 16 April 2018. Kasus 2 Sejoli Mesum diMasjid BUkti Degradasi Moral Generasi Muda. Kricom.id Diakses pada tanggal 8 Januari 2018
[4] Pur. 30 Nov 2018. Sakit Hati dan Pembunuhan. Sindonews. Com. Diakses pada tanggal 8 Januari 2018
[5] Reza, 3 Feb 2018. Kasus Penganiayaan Guru Berujung Maut Degradasi Moral dalam Dunia Pendidikan. inikata.com. Diakses pada tanggal 7 Januari 2018.
[6] Rizky Ramadhan dan Kanugrahan. 16 April 2018. Kasus 2 Sejoli Mesum diMasjid BUkti Degradasi Moral Generasi Muda. Kricom.id Diakses pada tanggal 8 Januari 2018
[7] KBBI V1.1 Kamus Besar Bahasa Indonesia





ditulis oleh
Yunda Eka Wijayanti
disunting oleh: 
-
dipublikasikan ulang oleh: 
Sekretaris Umum HMI KIP UMM

Komentar