Niat dan Takdir

Niat dan Takdir 
Oleh: Anissatul Walid

    Malam ini dingin begitu menusuk tulang, bintang pun tak mau memunculkan dirinya dan rembulan hanya menampakkan setengah dirinya saja. Bercampur dengan perasaanku yang tak karuan menunggu hasil pengumuman SBMPTN, akhirnya waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 perasaan cemas, takut, dan penasaran selalui menghantui. Setelah membuka web dan melihat pengumuman, yeah akhirnya aku lolos dan diterima di salah satu Universitas Negeri di Malang dengan jurusan yang sangat aku inginkan sejak dulu, Alhamdulillah ya Allah terimakasih atas semua yang telah engkau berikan. Tentu semua itu bukan karena perjuanganku saja, Ibu, Bapak, Kakak, dan saudaraku yang lainnya juga ikut membantu dari segi moril maupun material. Yang tak kalah lebih penting lagi ialah karena Tuhan telah mengabulkan doa-doa yang kupanjatkan setiap hari dengan khusyu dan penuh harap.
    Namaku Asyifa Wahidah, gadis bertubuh ramping tapi tak mungil dan agak tinggi, bisa dibilang proporsional lah. Aku lahir dari keluarga yang sederhana dan penuh dengan kasih sayang, aku dan kakak hampir tak pernah bertengkar dan berebut satu sama lain meskipun kita sama-sama perempuan. Aku baru lulus sekolah dan melanjutkan kuliah, sedangkan kakakku sudah kuliah semester akhir namun kita tak satu universitas.
    Akhirnya hari yang kutunggu datang, hari pertama masuk kuliah biasanya disebut ospek dan aku ada di kelompok 8 dengan kakak pendamping kakak kelasku dulu SMA jadi setidaknya aku ada yang kenal. Temanku satu kelas juga ada yang satu kelompok yaitu Bayu anak IPS yang aku sendiri tak asing karena kelas kita bersebelahan meskipun aku dulu jurusan IPA, akhirnya ospek pun telah usai dan perkuliahan sebenarnya akan dimulai.

“Hai Syifa.” Sapa Bayu

“Hai Bayu, kamu kelas apa? Kita kan satu jurusan ya hehe.” Tanyaku.

“Iya Syif, kita satu jurusan kok dan satu kelas juga.” Jawab Bayu dengan santai.

“Eh serius? Ada temennya juga akhirnya hehe.” Jawabku dengan semangat.

“Iya Syif masa bohong sih? Eh bentar lagi mulai loh, masuk yuk!” Ajak Bayu.

“Yuk.” Jawabku.

Tak terasa waktu pun cepat berlalu hingga akhirnya aku sudah hampir dua tahun berada di bangku perkuliahan dan dua tahun pula satu kelas dengan Bayu, entah kenapa setiap memilih kelas kita pasti janjian dulu dan tidak mau pisah kelas. Liburan seemesterpun tlah tiba, aku berencana ikut Bayu untuk berlibur ke Lombok bersama teman-temannya naik motor. Tapi apa aku diizinkan ikut oleh Ibu dan Bapak? Apalagi ini naik motor dan aku cewek sendiri, mungkin tidak akan diizinkan? Atau aku berbohong saja? Aku sangatlah bimbang. Hampir satu tahun aku menabung untuk mewujudkan impianku ini dan aku juga sudah pernah bilang ke Bapak tapi tanggapannya biasa saja seperti tak percaya. Akhirnya aku meminta solusi ke Bayu untuk kesekian kalinya.

“Gimana ini Bay? Tanyaku dengan cemas.

“udah ikut aja, kan sayang semuanya udah siap tinggal berangkat aja.” Jawab bayu dengan sedikit memaksa

“Terus alasannya apa dong? Tapi aku takut ih kalau bohong.” Pertanyaanku mulai keluar.

“Bilang aja lagi magang apa ada acara organisasi kan bisa.” Jawabnya sambil memberikan solusi.

“Tapi nanti kalo ada apa-apa di jalan gimana dong?” tanyaku dengan nada tak yakin.

“Udah tenang aja aman kok kalau sama aku, selama ini kamu aman kan kalau sama aku?” tanya Bayu sambil meyakinkanku.

“Iya sih, tapi aku masih ragu.” Jawabku dengan ragu-ragu.

“Yakinin dong, Bismillah kita berangkat besok mudah-mudahan selamat sampai tujuan. Aamiin.” Ajaknya.

“Iya deh Bismillah, aamiin.” Jawabku dengan yakin.

Akhirnya kita berangkat ba’da shubuh dan kita berangkat berdelapan dengan empat motor, tentu saja aku dibonceng dengan Bayu. Selama diperjalanan Bayu sempat bertanya.

“Udah izin ke Bapak sama Ibu?” Tanyanya.

“Udah dong.” Jawabku dengan semangat.

“Jadi izin gimana nih?” Tanya Bayu dengan penasaran.

“Bilang ada acara himpunan hehe.” Jawabku dengan cengengesan.

“Bereskan?” tanya Bayu.

“Iya sih tapi, ya sudahlah.” Jawabku dengan sedikit bimbang.

Setelah menempuh perjalanan yang begitu lama, jauh, menyebrang laut dan membuat seluruh badan ini remuk rasanya akhirnya kita sampai di Lombok, sungguh perjalanan yang berat dan tak biasa kulakukan ya meskipun aku dibonceng tapi sesekali aku menawarkan diri untuk memboncengnya saat dia benar-benar lelah. Setelah sampai kita menuju penginapan yang sudah di pesan sebelumnya, aku sangat senang bisa tidur dengan nyenyak dan nyaman di penginapan karena aku menghuni satu kamar yang lumayan besar. Sedangkan mereka para lelaki terbagi menjadi dua kamar, kamar kami bersebelahan jadi kalau ada apa-apa enak.

Alhamdulillah meskipun aku berbohong ke Bapak dan Ibu tapi Allah masih sayang denganku, aku masih diberi keselamatan menuju Lombok dan tidak terjadi masalah apapun selama diperjalanan. Aku yakin jika kita mempunyai niat baik dan kita juga orang baik-baik pasti Allah akan sayang dengan kita, tapi kita juga tidak boleh berbohong terus-terusan. Bisa jadi Allah memberikan cobaan yang sangat berat meskipun niat kita sudah baik, hal itu dikarenakan kita sudah berbohong.








ditulis oleh:
Yunda Anissatul Walid
disunting oleh:
Yunda Anissatul Walid
dipublikasikan oleh:
Sekretaris Umum HMI KIP UMM

Komentar