Pengetahuan lingkungan dalam transisi teknologi

Pengetahuan lingkungan dalam transisi teknologi 

    Sebuah pengetahuan, memiliki dasar pemikiran, dari materialism hingga idealism. Begitu dengan adanya sebuah kehidupan, segi pengetahuan yang merujuk kepada kehidupan ialah sains, sebab sains mengkaji segi material yang ada. Dan itu relevan dengan lingkungan, dari sebab material. Maka pengetahuan lingkungan harus di ketahui secara material. Pengembangan pengetahuan lingkungan sangat ber-transisi dari perubahan waktu hingga memasuki teknologi.
    Melihat kerusakan lingkungan, upaya pemerataan pengetahuan sudah hadir sejak dua belas tahun belajar pendidikan formal. Tetapi itu 5% bisa merubah keadaan diantara 95% tidak merubah keadaan. Sebagaimana pelajaran pengetahuana alam (IPA) diajarkan sejak sd hingga sma, tapi hasilnya nihil, sehinggaa dari banyak nya siswa sekolah dari 33 Provinsi, rata-rata masih sedikit praksis akan pengetahuan alam itu sendiri. Bagaimana tidak ? jika dominan siswa masih membuang sampah sembarangan dan mengabaikan kesadaran hidup dengan ekologis yang sehat. Dan situlah akibat dari pengetahuan alam sekedar formalitas pendidikan formal, dan tidak diajakan normalitas akan pengetahuan itu sendiri.
    Berkaca dengan teknologi setelah revolusi industry 4.0, kemajuan pengetahuan secara teknologi sudah terasa, baik media online hingga media representasi. Jika penyaluran informasi secara pengetahuan alam di pergunakan dalam konten media tentu bisa menambah wawasan secara tidak langsung (hegemoni-kultural). Maka hal yang sepele seperti itu sering dilupakan oleh masyarakat umum. Jika terlaksana dengan iklan media maupun konten yang bersifat propaganda & kampanye, namun berisikan pengetahuan, ada jaminan akan 40% tercapai. Dan jika tidak tercapai kemungkinan ada 60%, namun tidak tercapai bukan tolak ukur tidak mampu menggunakan pengetahuan alam itu, namun mereka akan memahami dan mengetahui secara kampanye, dari segi itulah iklim sosial akan berubah secara pengetahuan yang di propaganda kan & di kampanye kan. Angka 60% tidak tercapai, tolak ukur nya kepada pelaksanaan dan nilai kepedulian itu sendiri.
    Namun edukasi pengetahuan secara dominasi masa, maka akan melahirkan agitasi visual secara tidak langsung, disitulah angka 100% tercapai secara memahamkan. Seterusnya memahamkan akan bertindak secara nilai pengetahuan, karena dominasi masa akan mebuat segi emosional secara physikologi akan penasaran, disitulah rasa keingintahuan manusia tercipta, sehingga akan berdampak secara spefisik akan melakukan. 







ditulis oleh:
Kader HMI KIP UMM
disunting oleh:
Yunda Anissatul Walid
dipublikasikan oleh:
Sekretaris Umum HMI KIP UMM

Komentar